Semakin hari, hati semakin tak menentu. Hanya saja aku berusaha untuk
mengendalikan diri. Setiap harinya aku merasa semakin mengharapkanmu.
Berharap kau benar-benar menjadi imamku kelak. Semakin hari ada
kerinduan yang tak bisa aku lukiskan dengan cat jenis apapun. Setitik
kerinduan untuk selalu ada di dekatmu, bersamamu, dalam bimbinganmu. Aku
merindukanmu, merindukan waktu yang semoga memang dituliskan untuk
kita. Ya.. Mungkin aku terlalu berharap, tapi itulah adanya. Aku ingin
bersamamu. Hanya bersamamu. Aku ingin lengan kokohmu memeluk tubuh
ringkih ini. Pikiranku selalu mengatakan bahwa pelukkanmu adalah
pelukkan paling nyaman yang akan aku rasakan kelak. Aku benar-benar
ingin bersamamu. Semoga takdir benar-benar berpihak pada kita. Itulah
pesan yang sering aku kirimkan padamu, yang selalu aku tuliskan dalam
catatanku, yang sering aku gumamkan di waktu menjelang tidurku, yang
selalu aku panjatkan dalam doa-doa lirihku. Kau adalah yang terindah dan
akan selalu menjadi yang terindah. Meski kerap kali kau membuatku
kesal, membuatku putus asa, membuatku marah, dan lain sebagainya, tapi
cinta membuatmu selalu tampak indah. Kau selalu menjadi impianku, meski
aku terlambat menyadari itu. Seperti apapun dirimu, kau begitu berarti
bagiku. Adakalanya aku benci kepadamu saat kau tak sedikitpun
menunjukkan perhatianmu lewat pesan-pesan singkat atau celotehanmu dalam
telepon, padahal aku begitu menginginkannya. Tapi lagi-lagi cinta
membuatku berusaha untuk memahamimu, mendalami hatimu, dan memaklumi itu
sampai kebencian yang kurasakan sirna dan berlalu. Cinta membuatku
percaya bahwa sejauh apapun kau pergi, dia akan menuntunmu kembali
padaku. Aku mengagumi semua hal yang berkaitan denganmu. Aku ingin—dan memang hanya ingin—dirimu
selalu bersamaku. Seperti yang pernah kau katakan bahwa aku hanya
tinggal menunggu waktu, menunggu tanggal main dimana saat yang aku
nantikan akan kau wujudkan. Aku akan menunggu, sebisa aku mampu.
Lagi-lagi aku berkata, semoga takdir benar-benar merestui kita. Tulisan
ini memang tak akan pernah sampai padamu, tapi aku yakin cinta yang aku
rasakan atasmu akan selalu ada bersamamu..
Sederet tambahan….
Deretan
kalimat di atas adalah apa yang aku ingin kirimkan padamu, yang sempat
aku utarakan padamu lewat udara. Hanya satu yang bisa aku kirimkan,
walau sebenarnya ada banyak yang bisa aku kirimkan. Tapi inilah yang aku
anggap mewakili hatiku dulu.
Ada beberapa deret kata yang
diungkapkan Gandhi yang aku kutip dari sebuah media cetak entah
terbitan kapan, yang jelas aku mengutipnya tanggal 02 Februari 2010,
tepatnya hari Selasa. Gandhi bilang, ‘Cinta tidak pernah menuntut, cinta selalu memberi. Cinta selalu menderita, tanpa pernah meratap, tanpa pernah mendendam.’ Aku
berusaha memaknai cinta seperti Gandhi. Kulepaskan semua tuntutan,
semua dendam, dan semua kebencian yang beberapa waktu terakhir ini aku
imajinasikan atas dirimu. Aku tidak lagi menunggumu. Tapi jika suatu
saat takdir menuntun dirimu padaku, syukurku mungkin tak akan pernah
berhenti. Selamat berjalan di jalan yang berbeda. Entah kapan kita akan
kembali dipertemukan. Satu janji yang baru bisa aku tepati saat surat
ini sampai padamu. Rectoverso…. Sengaja aku simpan
surat ini di halaman tempat kisah dengan judul Selamat Ulang Tahun
berada, aku belum sempat mengucapkan selamat ulang tahun padamu….
Mungkin terlambat, tapi jauh hari sebelum 27 Maret mengalir bersama darahmu
doa telah kupanjatkan pada-Nya. Semoga kebahagian selalu bersamamu. Satu
hal lagi yang ingin aku sampaikan padamu, aku—selamanya—akan selalu menyimpan namamu dalam hatiku…. Bagiku kau tetap yang terindah…
-tita-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar