Rabu, 09 Februari 2011

Seindah Apapun Purnama Tersenyum

Tahukah kamu bahwa bulan adalah penggalan dari matahari, yang terlempar keluar untuk membagikan cahaya pada malam hari?

Tahukah kamu bahwa bulan adalah sepenggal pijar yang tercerabut dari panas sepanas neraka? pijar yang melembut di ruang angkasa, mendingin lalu membeku. melayang, berkelana di antara debudebu angkasa raya dan bolabola bundar yang bergasing pada orbitnya masingmasing. ia menjadi pengembara yang terlempar keluar, meninggalkan tungku yang menggebu. sejenak kehilangan jejak asal, disorientasi. terdiam dalam bisu. sendiri?

tahukah kamu bahwa murka adalah, semacam itu.

irama yang memainkan musik di dalam kepala dan menggedorgedor hati dengan genderang? perang. amarah. darah. dan airmata. ya. amarah adalah matahari. penyesalan adalah rembulan. potongan pijar yang terlempar dari murka. berkelana dalam ruang kosong, dalam sekian tuntasan detik lalu menit lalu menuju jam. ketika mencapai puncak dari segala penyesalan ia menetap dalam sebuah titik tanpa dapat kembali. titik itu. bersikukuh pada satu anomali, absurditas dari rasa sakit diujung sebuah pengalaman.

ia cenderung menetap: selamalamanya.

sendirian, bergasing dan mengitari kehidupan yang berjalan seakan normal. seakan biasa. membawa serta sebongkah beku yang tak kuasa pergi dari langit malam, tersembunyi dari langit siang. menangis diamdiam dalam wajah yang selalu sama, tak dapat berpaling.

bopengbopeng yang tak kuasa berbohong, seindah apapun purnama itu tersenyum.